Senin, 26 November 2012

PARADIGMA PSIKOLOGI KEPRIBADIAN PSYCHOANALITIC

PARADIGMA PSIKOLOGI KEPRIBADIAN PSYCHOANALITIC

Paradigma Psikoanalisis: Tradisi Klinik-Psikiatri
            Tradisi klinik berangkat dari dua asumsi dasar yaitu manusia adalah bagian dari dunia binatang, dan manusia adalah bagian dari enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikoalalisis adalah mengenali insting – insting seksual dan agresi – dorongan biologik yang membutuhkan kepuasan.
            Enerji psikis yang dimiliki oleh setiap orang harus dimanfaatkan untuk sesuatu positif, untuk kemaslahatan diri. Jika enerji psikis dipakai secara salah, maka akan muncul simptom – simptom neurotik. Psikoanalisis mencoba menjelaskan bagaimana membebaskan enerji yang dipakai oleh simptom neurotik, mengembalikan jalur energi instingtif ke aktivitas yang dikehendaki.

PSIKOANALISIS KLASIK (Sigmund Freud)


            Sistematik yang dipakai Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yakni Stuktur Kepribadian, Dinamika Kepribadian, Perkembangan Kepribadian.
1.      STRUKTUR KEPRIBADIAN
Pada tahun 1920an ada 3 tingkat kesadaran yaitu Sadar, Prasadar, dan tidak sadar. Lalu tahun 1923 Freud memperkenalkan 3 model stuktur lain yaitu The Id, The Ego, dan The Superego. Enam elemen itu sebagai berikut:
a.       Sadar (conscious)
Isi daerah sadar merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi kesadaran itu  hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tetekan ke daerah perconscious atau unconscious, begitu orang memindahkan perhatiannya ke cue yang lain.
b.      Prasadar (preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan dari unconscious. Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c.       Tidak Sadar (Unconscious)
Bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar.
d.      Id atau Das Es (Aspek Biologis)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari Id ini kemudian akan muncul Ego dan Superego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls, dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah Unconscious,. Freud juga menyebut Id dengan realitas psikis yang sebenar-benarnya ( The True Physic Reality).
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle) yaitu: berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Pleasure principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (reflex actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata-dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/menghayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Sistem lain yang menghubungkan Id dengan dunia objektif adalah Das Ich (ego).
e.       Ego atau Das Ich (aspek rasional)
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realita: sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita (Reality Principle). Prinsip itu dikerjakan melalui proses sekunder (Secondary Process), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses itu disebut uji realita (Reality Testing). Ego sebagian besar berada di kesadaran dan sebagian kecil beroperasi di daerah prasadar dan taksadar. Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama:
1.      Memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2.      Menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.
f.       Superego atau Das Ueber Ich (aspek sosial atau moral)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari Ego.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan (Ego-Ideal), yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan ego-ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua. Tiga fungsi Superego:
1.      Mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik.
2.      Merintangi impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat.
3.      Mengejar kesempurnaan.

2.      DINAMIKA KEPRIBADIAN
Kegiatan psikologik juga membutuhkan enerji, yang disebutnya enerji psikik (psychic energy)-enerji yang ditransform dari enerji fisik melalui Id beserta insting-instingnya.
Insting Sebagai Enerji Psikik
Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Enerji insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya:

1.      Sumber Insting: adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut keadaan yang seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.
2.      Tujuan insting: berkaitan dengan sumber insting.Tujuan insting pada dasarnya regressive (kembali asal); berusaha kembali ke keadaan tenang seperti sebelum munculnya insting. Tujuan insting juga bersifat konservatif; mempertahankan keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi-stimulasi yang mengganggu.
3.      Obyek insting: segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya. Enerji insting dapat dipindahkan (displacement) dari obyek asli ke obyek lain yang tersedia untuk mereduksi tegangan. Jika pemindahan menjadi permanen maka proses itu disebut derivatif insting (instinct derivative).
4.      Daya dorong insting: kekuatan atau intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu. Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan enerji dari seluruh insting bersifat konstan.
Jenis-Jenis Insting
1.      Insting Hidup
Insting hidup (eros) adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Enerji yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido. Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling di utamakan adalah insting seks. Menurutnya, insting seks bukan hanya berkenaan dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang diperoleh dari bagian tubuh lainnya, yang dinamakan daerah erogen.
2.      Insting Mati
Insting mati atau insting destruktif (destructive instincts, disebut juga thanatos) bekerja secara sembunyi-sembunyi dibanding insting hidup. Menurut Freud , tujuan semua kehidupan adalah kematian. Freud berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Suatu derivatif insting-insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif (aggressive drive). Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri, dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide).
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, mengunyah dan menelan makanan.

Distribusi dan Pemakaian Enerji

Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara enerji psikis didistribusi dan dipakai oleh id-ego-superego. Jumlah enerji psikis terbatas, dan ketiga unsur struktur itu bersaing untuk mendapatkannya. Kalau salah satu unsur menjadi lebih kuat maka dua yang lain menjadi lemah, kecuali ada enerji baru yang ditambahkan atau dipindahkan ke sistem itu.
Pada mulanya, seluruh enerji psikis menjadi milik id dan dipakai untuk memenuhi hasrat (wishfulfillment) melalui aksi refleks, proses primer. Enerji itu diinvestasikan (cathects) kepada suatu objek untuk memuaskan hasrat. Proses pemakaian enerji oleh id disebut pemilihan objek (object cathexes id) atau instinctual object cathexes.
Ego tidak mempunyai enerji sendiri, sehingga harus menarik enerji dari id. Proses pengalihan enerji ini disebut identifikasi yakni proses ego mencocokkan gambaran mental dari id dengan kenyataan aktual. Id berprinsip bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran atau fantasi mengenai obyek yang diinginkan, sedang ego berprinsip gambaran obyek bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan kenyataan dan peluang untuk memperolehnya. Konsep identitas ini sangat penting karena semua kemajuan kognitif adalah ujud dari gambaran mental mengenai dunia yang semakin mendekati kenyataan. Sebagian enerji juga dipakai untuk mengekang id agar tidak bertindak impulsif dan irasional. Daya kekang ini disebut anticathexes yang melawan dorongan cathexes id. Antikateksis juga dipakai untuk melawan superego yang terlalu menindas kebebasan rasional. Ego melindungi diri dengan mekanisme (defense mechanism) di kala id dan superego menjadi ancaman. Ego sebagai eksekutif kepribadian memakai enerji untuk mengatur aktifitas dari tiga struktur itu dalam kesatuan.
Superego mendapat enerji dari id melalui proses identifikasi. Orang tua menyalurkan nilai-nilai sosial kepada anaknya melalui pemberian hadiah dan hukuman. Aturan moral mewakili usaha masyarakat untuk mengontrol dan mencegah pengungkapan dorongan primitif, terutama dorongan seksual dan agresi.
Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Ada tiga jenis kecemasan:
1.      kecemasan realistik (realistic anxiety) adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral.
2.      kecemasan neurotik (neurotic anxiety) adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau unsur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman.
3.      kecemasan moral (moral anxiety), kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai orang tua.

Perbedaan kecemasan moral dan kecemasan neurotik adalah perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat enerji superego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan distres-terkadang panik-sehingga mereka tidak dapat berpikir jelas dan enerji id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan dengan realita.

Mekanisme Pertahanan (defense mechanism)
Bagi freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan super ego. Menurutnya, ego mereaksi bahaya munculnya impuls id memakai dua cara:
1.      membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkahlaku sadar.
2.      membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.
Freud hanya mendeskripsi tujuh mekanisme pertahanan; identification, displacement, repression, fictation, regression, reaction formation, projection. Pengikut-pengikutnya, Anna Freud menambah lebih dari 10 dinamika mekanisme pertahanan. Semua mekanisme pertahanan mempunyai tiga persamaan ciri:
1.      mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar.
2.      mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsu, atau memutar-balikkan kenyataan.
3.      mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam.
Menurut Freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya orang memakai beberapa mekanisme pertahanan, baik secara bersama-sama atau secara bergantian sesuai dengan bentuk ancamannya.

Identifikasi(Identification)
Identifikasi sebagai sarana ego dan superego memperoleh enerji psikis dari id. Konsep identifikasi sebagai mekanisme pertahanan sejalan dengan konsep pemindahan enerji psikis itu. Ketika ego mengidentifikasi khayalan mental dengan kenyataan hasil persepsi, itu berarti suatu hal internal dicocokkan dengan eksternal. Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan:
1.      identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu(obyek) yang telah hilang. Anak yang merasa ditolak orangtuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuat dengan orangtuanya itu dengan harapan dapat memperoleh penerimaan orangtuanya.
2.      identifikasi dipakai untuk mengatasi rasa takut. Anak mengidentifikasi larangan-larangan orangtuanya agar terhindar dari hukuman.
3.      melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan. Proses identifikasi sangat penting dalam dinamika dan perkembangan kepribadian.

Pemindahan/reaksi kompromi(displacement/reactions compromise)
Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena ada rintangan dari luar(sosial, alami) atau dari dalam(antikateksis), insting itu direpres kembali ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan enerji dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat mereduksi tegangan.
Sumber dan tujuan dari insting selalu tetap, obyeknya yang berubah-ubah melalui displacement. Obyek pengganti jarang dapat memberi kepuasan atau mereduksi tegangan seperti obyek aslinya, dan semakin obyek pengganti itu berbeda dengan yang asli, maka semakin sedikit tegangan dapat direduksi. Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan di atas, adalah kompromi antara tuntutan insting dengan realitas ego disebut reaksi kompromi(reaction compromise). Ada tiga macam reaksi kompromi, yakni sublimasi, substitusi, dan kompensasi(sublimation, subtitution, compensation).
1.      sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima masyarakat sebagai kultural kreatif.
2.      substitusi adalah pemindahan atau kompromi di mana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
3.      kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain.
Kemampuan untuk membentuk obyek pengganti ini adalah mekanisme yang paling kuat dalam perkembangan kepribadian. Semua perhatian, minat, kegemaran, nilai-nilai, sikap, dan ciri kepribadian orang dewasa menjadi ada berkat pemindahan obyek ini.

Represi(Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu(ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran. Dinamika camppuran antara represi dan pemindahan, sebagai berikut:
1.      represi+displacement
2.      represi+simptom histerik
3.      represi+psychophysiological disorder
4.      represi+fobia
5.      represi+nomadisme
Fiksasi dan regresi(fixation and regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi; mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa puas di sana.

Pembentukan Reaksi(Reaction Formation)
Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya; benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.

Pembalikan(Reversal)
Mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keinginan perasaan dan impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri(seperti turning upon around self), atau seperti reaksi formasi dengan obyek yang spesifik(pada reaksi formasi perasaan yang dibalik digeneralisasikan kepada obyek yang luas).

Projection(Projeksi)
Projeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral menjadi kecemasan realistik, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seola-olah ancaman itu terprojeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini mudah dilakukan karena sumber asli kecemasan neurotik/moral itu adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar.

Reaksi Agresi(Aggressive Reactions)
Ego memanfaatkan drive agresif untuk menyerang obyek yang menimbulkan frustasi, menutupi kelemahan diri dengan menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada obyek yang asli, obyek pengganti, maupun ditujukan kepada diri sendiri. Ego membentuk antikateksis, dengan mempertentangkan insting-insting agar insting yang menjadi sumber tegangan frustasi dan anxiety tetap berada di bawah sadar. 
Ada lima macam reaksi agresi:
1.      agresi primitif
2.      scapegoating
3.      free-floating-anger
4.      suicide
5.      turning around upon the self

Intelektualisasi(Intelectualization)
Ego menggunakan logika rasional untuk menerima kateksis obyek sebagai realitas yang cocock dengan impuls asli. Mengatasi frustasi dan anxiety dengan memutarbalikkan realitas untuk mempertahankan harga diri. Ada lima macam intelektualisasi yaitu:
1.      Rasionalisasi(rationalization): menerima, puas dengan object cathexes dengan mengembangkan alasan rasional yang menyimpangkan fakta. Ad dua macam rasionalisasi:
a.       sour-grape rationalization: menganggap kateksis obyek yang tidak dapat dicapai sebagai sesuatu yang jelek.
b.      sweet-lemon rationalization: menganggap kateksis obyek yang dapat diperoleh sebagai yang terbaik.
2.      Isolasi(Isolation): mempertentangkan antara komponen afektif dengan kognitif, gejala neurosis obsesi kompulsi, di mana dorongan insting(yang tidak dapat diterima ego) bertahan di kesadaran, tetapi tanpa perasaan puas atau senang.
3.      Undoing: kecemasan dan dosa akibat kegiatan negatif, ditutupi atau dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk “tingkah laku ritual”.
4.      Denial: menolak kenyataan, menolak stimulus atau persepsi realistik yang tidak menyenangkan dengan mnghilangkan atau mengganti persepsi itu dengan fantasi atau halusinasi. Denial menghilangkan “bahaya yang datang dari luar” dengan mengingkari(mengganggap bahaya itu tidak ada).

Penolakan(escaping-avoiding)
Melarikan diri/menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang tidak menyenangkan tidak timbul. Menghindar dari ancaman dan menempatkan diri dibawah perlindungan patron. Orang bisa menghindari ancaman dengan menarik diri menjadi pertapa atau orang suci, ini disebut mekanisme ascetism.

Pengingkaran (Negation)
Impuls-impuls yang direpres diekspresikan dalam bentuk yang negatif, semacam denial terhadap impuls/drive, impuls id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal itu tidak ada.

Penahanan Diri (Ego Restriction)
Menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk/negatif. Mempertahankan self-esteem (yang terancam dari gambaran diri berprestasi negatif), dengan menolak aktivitas yang dapat dibandingkan hasilnya dengan hasil orang lain, memilih kedudukan sebagai pengamat atau penilai.

3.      PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Freud adalah teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Pada umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapai pada usia 20 tahun.
Fase Oral (usia 0;0 – 1;0)
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Kepuasan yang berlebihan pada fase oral, akan membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya, ketidakpuasan pada fase oral, sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak (memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta. Tahap ini secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan ketergantungan, mendapat perlindungan dari orang lain, khususnya ibu.
Fase Anal (usia 1;0 – 2/3;0)
Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis, dan antikateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangan kotoran). Freud yakin toilet training adalah bentuk mula dari belajar memuaskan id dan superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah defekasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau tuntunan sosial untuk mengontrol kebutuhan defekasi. Semua bentuk kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self mastery) berasal dari fase anal.
Fase Falis (phallic) (usia 2/3;0 – 5/6;0)
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan).
Oedipus kompleks adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Pada mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai ibu yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu.
Pada anak laki-laki, persaingan dengan ayah berakibat anak cemas kalau-kalau ayah memakai kekuasaannya untuk memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya akan dipotong oleh ayahnya yang disebut cemas dikebiri atau castration anxiety. Kecemasan ini mendorong anak laki-laki mengidentifikasi ayahnya. Ketakutan ini juga menyebabkan ditekannya keinginan seksual terhadap ibu dan rasa permusuhan terhadap ayahnya.
Pada anak perempuan rasa sayang kepada ibu berubah menjadi kecewa dan benci ketika tahu kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ibunya dianggap bertanggung jawab terhadap kastrasi kelaminnya, sehingga anak perempuan mentransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ berharga (yang juga ingin dimilikinya). Tetapi perasaan cinta itu bercampur dengan perasaan iri penis (penis envy) baik kepada ayah maupun kepada laki-laki secara umum. Oedipus kompleks pada wanita tidak direpres, cinta kepada ayah tetap menetap walaupun mengalami modifikasi karena hambatan realistik pemuasan seksual itu sendiri.
Fase Laten (Latency) (usia 5/6;0 – 12/13;0)
Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud penurunan terjadi karena tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman sebaya. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
Fase Genital (usia 12/13;0 – dewasa)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisologi dalam diri remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan seksual primer. Pada fase ini impuls seks mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. Pada fase falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik, dan altruistik.
Fase ini berlanjut sampai orang tutup usia dimana puncak perkembangan seksual dicapai ketika orang dewasa mengalami kemasakan kepribadian. Beberapa gambaran tingkah laku dewasa yang masak, ditinjau dari dinamika kepribadian Freud:
1.      Menunda kepuasan: dilakukan karena obyek pemuas yang belum tersedia, tetapi lebih sebagai upaya memperoleh tingkat kepuasan yang lebih besar pada masa yang akan datang.
2.      Tanggung jawab: kontrol tingkah laku dilakukan oleh superego berlangsung efektif, tidak lagi harus mendapat bantuan kontrol dari lingkuangan.
3.      Pemindahan/sublimasi: mengganti kepuasan seksual menjadi kepuasan dalam bidang seni, budaya, dan keindahan.
4.      Identifikasi: meiliki tujuan-tujuan kelompok, terlibat dalam organisasi sosial, politik, dan kehidupan sosial yang harmonis.

APLIKASI
Ranah aplikasi psikoanalisis cukup bervariasi, yang terpenting diantaranya aplikasi di bidang psikopatologi, psikoterapi, psikosomatis, dan pengasuhan anak.
Psikopatologi
Psikoanalisis memahami psikopatologi sebagai masalah perkembangan, akibat gangguan semasa melewati tahap-tahap psikoseksual. Orang dewasa yang fondasi kepribadiannya lemah bisa menjadi mengalami psikopatologi. Berikut dinamika jiwa menurut psikoanalis pada beberapa jenis psikopatologi:
1.      Histeria, disebut juga conversion disorder: kelumpuhan tanpa sebab-sebab fisik, menurut psikoanalisis ini akibat adanya transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.
2.      Fobia: ketakutan yang sangat dan tidak pada tempatnya, oleh Freud dianalisis sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual atau kecemasan akibat peristiwa traumatik.
3.      Obsesi-kompulsi, mempunyai tema yang sangat bervariasi. Tema kebersihan, penyakit, kekejaman, dilatarbelakangi oleh konflik seksual pada fase anal.
4.      Depresi: perasaan tidak mampu, tidak kompeten, kehilangan harga diri, dan merasa bertanggung jawab terhadap semua kejadian buruk (pada dirinya dan lingkungannya).
5.      Ketagihan obat atau alkohol: interpretasi psikoanalisis terhadap ketagihan obat/alkohol bervariasi. Freud menganggap adiksi dilatarbelakangi oleh insting mati. Ada juga yang menganalisis botol minuman sebagai representasi dari buah dada ibu pada fase oral.
Psikoterapi
Aplikasi psikoanalisis yang terpenting adalah psikoterapi. Bisa dipahami karena pada dasarnya Freud mengembangkan teori psikoanalisisnya dari praktek psikoterapi yang dilakukannya.
Tujuan: Memperkuat ego sehingga mampu mengontrol impuls insting, dan memperbesar kapasitas individu untuk mencintai dan berkarya. Klien belajar bagaimana mensublimasi impuls agresi dan impuls seksual, belajar bagaimana mengarahkan keinginan dan bukan malahan diarahkan oleh keinginan.
Teknik yang dipakai:
1.      Asosiasi bebas: klien mengatakan apa yang terlintas dalam fikirannya, tidak peduli hal itu remeh, memalukan, tidak logis, dan atau kabur. Tiga asumsi yang menjadi dasar asosiasi bebas:
a.       apa saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang, mempunyai makna dan berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya di masa lalu,
b.      materi tak sadar berpengaruh penting terhadap tingkah laku, dan
c.       materi tak sadar dapat dibawa ke kesadaran dengan mendorong ekspresi bebas setiap kali mereka muncul ke dalam fikiran.
Menurut Freud, walaupun pasien menghalangi topik tertentu dan berusaha menyembunyikannya, suatu ketika terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis dapat memahami konflik mental dan emosional pasien itu.
2.      Analisis mimpi: ketika tidur, kontrol kesadaran menurun, dan mimpi adalah ungkapan isi-isi tak sadar karena turunnya kontrol kesadaran itu.
3.      Freudian slip meliputi: salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan obyek, dan tiba-tiba lupa. Semuanya menurut Freud bukan kebetulan tetapi dipengaruhi oleh insting ketidaksadaran.
4.      Interpretasi: mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadarinya dari fikiran, perasaan dan keinginannya.
5.      Analisis resistensi: resistensi adalah mekanisme pertahanan klien, dan analisis akan mengungkap unsur yang penting dari masalah yang ingin disembunyikan klien.
6.      Transference: pengungkapan isi-isi ketidaksadaran yang tersimpan sejak anak-anak, dengan memakai terapis sebagai medianya.
7.      Working through: terus menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien, mengulang resitensi dan tranferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.
Psikosomatis
Psikosomatis adalah patologi organik yang diawali atau kemudian gejalanya diperberat oleh stimulasi lingkungan nonpatologik. Psikoanalisis mengungkap akar masalah psikis yang melatarbelakangi penyakit itu, dan membantu pengobatan dengan psikoterapi agar kesembuhan menjadi permanen.
Pengasuhan Anak
Perhatian terhadap pertumbuhan anak sampai usia balita, secara langsung atau tidak langsung merupakan sumbangan penting dari psikoanalisis. Perkembangan masa kecil merupakan fondasi kepribadian, umumnya diterima dengan berbagai variasi. Paling tidak, psikoanalisis mendorong orang tua untuk menghindari kemungkinan terjadi frustrasi pada bayinya.


Referensi:
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com